Pages

Sabtu, 12 Agustus 2017

Kebodohan Cinta

Langkah kaki yang terkesan terburu-buru di sepanjang koridor kampus membuat beberapa orang di sekitar mengumpat ke arah orang tersebut. Wanita yang sedang berlari terburu-buru tersebut berulang kali mengucapkan kata maaf pada orang lain yang menjadi korban ketergesaannya. Demi apapun beberapa menit yang lalu ada pesan masuk yang berasal dari sahabatnya yang mengatakan orang yang menyukainya mencoba melakukan hal bodoh di dekat danau kampus.

“Dasar bodoh!” si wanita tersebut mengumpat entah kepada siapa, masih dengan kegiatannya berlari secepat mungkin ke arah danau.

Langkah wanita tersebut hanya beberapa langkah lagi untuk sampai tepat pada seseorang yang sedang membelakanginya. Itu dia sosok yang dibilang oleh sahabatnya akan berbuat hal yang bodoh. 

Lelaki dengan tinggi 180 cm sedang berada di atas pijakan jembatan dengan tangan yang mencengkram erat pinggiran jembatan.

“Selamat tinggal semuanya,” ucap si lelaki dan menapakkan kakinya lebih ke atas agar sampai diatas pijakan teratas jembatan tersebut.
Bermodalkan napasnya yang masih tersisa si wanita berteriak untuk menghentikan aksi selanjutnya dari laki-laki, “APA KAU BODOH, HAH !”

Sontak teriakan tersebut membuat si lelaki terkejut dengan kehadiran wanita yang ia sukai sudah berada di belakang tempat ia berdiri. Dalam hati si lelaki bersorak senang ketika rencananya sedikit lagi akan berhasil. Terlebih lagi si wanita tersebut tidak menyadari akan arti tatapan datar yang diberikan oleh si lelaki tersebut.

“D-dina kenapa kamu bisa di sini?” ucap si lelaki dengan nada gugup yang dibuat-buat, ketika dia berbalik dan berhadapan dengan si wanita.

Wanita yang bernama Dina tersebut berucap dengan nafasnya yang tersisa, “Hah..hah...seharusnya a..aku yang bilang gitu ke kamu Satria.”

Lelaki yang disebut Satria oleh si wanita bersedekap dan menatap Dina disertai seringaiannya, “Kamu peduli sama aku, setelah setahun kamu tahu perasaanku tapi sampai saat ini belum dapat jawabannya.”

Dina tiba-tiba menegang ketika mendapat pernyataan yang sekaligus menyindirnya itu.

“See, kamu pun gak bisa menjawabnya bukan,” Satria pun membalikkan tubuhnya dan kembali menginjakkan kakinya kembali ke atas jembatan. “Udahlah sana pergi jangan peduliin aku, mau aku mati atau hidup tetap aja kamu nganggep aku sebagai kakakmu,” lanjutnya.

Seketika tawa Dina meledak detik itu juga, “Hahaha silakan aja kalau kamu bener-bener mau lompat dari jembatan itu dan berakhir jadi makanan ikan mas yang ada di danau--” Dina menghentikan tawanya sejenak dan menghela napas untuk melanjutkan ucapanmya, “Pfft...lagipula aku gak sebodoh kamu Satria, ya secara aku tau kamu pinter berenang dan mana ada yang bakalan mati kalau kedalaman danau itu cuman dua meter yang artinya kamu udah biasa dengan kedalaman air itu.”

Satria terdiam menanggapi ejekan dari wanita yang disukainya itu.

“Lagian kamu juga udah biasa lompat diving board yang tingginya 5 meter di atas permukaan air kolam,” ledek Dina.

Muka Satria memerah antara kesal dan malu akan ucapan Dina. Hingga pada akhirnya dia memutuskan untuk turun dari pijakannya dan berlalu pergi setelah mengucapkan, “Terserah ledek aja aku terus. Seharusnya aku dengerin Mega buat gak bikin ide konyol seperti yang aku lakukan tadi, Selamat tinggal Dina aku akan ngelupain perasaan ini.”

Dina terus menatap heran punggung yang telah menjauh sedikit demi sedikit dari tempatnya berdiri dan bergumam, “Dasar! sekali bodoh tetap bodoh dia itu.”

Dina pun merogoh saku di celana jeans yang ia kenakan untuk mengambil ponselnya, dan setelah itu dia mengetikkan pesan yang ditunjukkan ke laki-laki yang berlalu meninggalkannya.

Pesan telah terkirim. Tak lama kemudian langkah Satria yang cukup jauh dari Dina berhenti untuk sekedar membaca pesan yang masuk di ponselnya. Sedetik kemudian matanya membola dan berbinar-binar saking senangnya dia pun berteriak, “Huuuaaah akhirnya, Dina mencintaikuuu...yahooo!”

Satria membalik badannya dan segera berlari ke arah Dina untuk memeluk kekasih barunya dengan erat masih dengan menggenggam ponselnya yang masih menyala dan menunjukkan pesan Dina untuknya.

From :Dina
‘Dalam hitungan tiga kamu gak balik, aku akan benar-benar melupakan perasaanku yang sama denganmu ini. Seperti yang kamu ucapkan sebelum berlalu pergi meninggalkanku tadi.’



-END-

0 komentar:

Posting Komentar