Langkah
kaki yang terkesan terburu-buru di sepanjang koridor kampus membuat beberapa
orang di sekitar mengumpat ke arah orang tersebut. Wanita yang sedang berlari
terburu-buru tersebut berulang kali mengucapkan kata maaf pada orang lain yang
menjadi korban ketergesaannya. Demi apapun beberapa menit yang lalu ada pesan
masuk yang berasal dari sahabatnya yang mengatakan orang yang menyukainya
mencoba melakukan hal bodoh di dekat danau kampus.
“Dasar
bodoh!” si wanita tersebut mengumpat entah kepada siapa, masih dengan
kegiatannya berlari secepat mungkin ke arah danau.
Langkah
wanita tersebut hanya beberapa langkah lagi untuk sampai tepat pada seseorang
yang sedang membelakanginya. Itu dia sosok yang dibilang oleh sahabatnya akan
berbuat hal yang bodoh.
Lelaki dengan tinggi 180 cm sedang berada di atas
pijakan jembatan dengan tangan yang mencengkram erat pinggiran jembatan.
“Selamat
tinggal semuanya,” ucap si lelaki dan menapakkan kakinya lebih ke atas agar
sampai diatas pijakan teratas jembatan tersebut.
Bermodalkan
napasnya yang masih tersisa si wanita berteriak untuk menghentikan aksi
selanjutnya dari laki-laki, “APA KAU BODOH, HAH !”
Sontak
teriakan tersebut membuat si lelaki terkejut dengan kehadiran wanita yang ia
sukai sudah berada di belakang tempat ia berdiri. Dalam hati si lelaki bersorak
senang ketika rencananya sedikit lagi akan berhasil. Terlebih lagi si wanita
tersebut tidak menyadari akan arti tatapan datar yang diberikan oleh si lelaki
tersebut.
“D-dina
kenapa kamu bisa di sini?” ucap si lelaki dengan nada gugup yang dibuat-buat,
ketika dia berbalik dan berhadapan dengan si wanita.
Wanita
yang bernama Dina tersebut berucap dengan nafasnya yang tersisa,
“Hah..hah...seharusnya a..aku yang bilang gitu ke kamu Satria.”
Lelaki
yang disebut Satria oleh si wanita bersedekap dan menatap Dina disertai
seringaiannya, “Kamu peduli sama aku, setelah setahun kamu tahu perasaanku tapi
sampai saat ini belum dapat jawabannya.”
Dina
tiba-tiba menegang ketika mendapat pernyataan yang sekaligus menyindirnya itu.
“See,
kamu pun gak bisa menjawabnya bukan,” Satria pun membalikkan tubuhnya dan
kembali menginjakkan kakinya kembali ke atas jembatan. “Udahlah sana pergi
jangan peduliin aku, mau aku mati atau hidup tetap aja kamu nganggep aku
sebagai kakakmu,” lanjutnya.
Seketika
tawa Dina meledak detik itu juga, “Hahaha silakan aja kalau kamu bener-bener
mau lompat dari jembatan itu dan berakhir jadi makanan ikan mas yang ada di
danau--” Dina menghentikan tawanya sejenak dan menghela napas untuk melanjutkan
ucapanmya, “Pfft...lagipula aku gak sebodoh kamu Satria, ya secara aku tau kamu
pinter berenang dan mana ada yang bakalan mati kalau kedalaman danau itu cuman
dua meter yang artinya kamu udah biasa dengan kedalaman air itu.”
Satria
terdiam menanggapi ejekan dari wanita yang disukainya itu.
“Lagian
kamu juga udah biasa lompat diving board yang tingginya 5 meter di atas
permukaan air kolam,” ledek Dina.
Muka
Satria memerah antara kesal dan malu akan ucapan Dina. Hingga pada akhirnya dia
memutuskan untuk turun dari pijakannya dan berlalu pergi setelah mengucapkan,
“Terserah ledek aja aku terus. Seharusnya aku dengerin Mega buat gak bikin ide
konyol seperti yang aku lakukan tadi, Selamat tinggal Dina aku akan ngelupain
perasaan ini.”
Dina
terus menatap heran punggung yang telah menjauh sedikit demi sedikit dari
tempatnya berdiri dan bergumam, “Dasar! sekali bodoh tetap bodoh dia itu.”
Dina
pun merogoh saku di celana jeans yang ia kenakan untuk mengambil ponselnya, dan
setelah itu dia mengetikkan pesan yang ditunjukkan ke laki-laki yang berlalu
meninggalkannya.
Pesan
telah terkirim. Tak lama kemudian langkah Satria yang cukup jauh dari Dina
berhenti untuk sekedar membaca pesan yang masuk di ponselnya. Sedetik kemudian
matanya membola dan berbinar-binar saking senangnya dia pun berteriak,
“Huuuaaah akhirnya, Dina mencintaikuuu...yahooo!”
Satria
membalik badannya dan segera berlari ke arah Dina untuk memeluk kekasih barunya
dengan erat masih dengan menggenggam ponselnya yang masih menyala dan
menunjukkan pesan Dina untuknya.
From
:Dina
‘Dalam
hitungan tiga kamu gak balik, aku akan benar-benar melupakan perasaanku yang
sama denganmu ini. Seperti yang kamu ucapkan sebelum berlalu pergi
meninggalkanku tadi.’
-END-
0 komentar:
Posting Komentar