“Oh-,
dimana ini?”
Kulihat di sekitarku jalanan yang basah,
pohon yang berkelap-kelip karena lampu yang terikat, gedung bertingkat, orang
asing, dan apaan itu di depanku. Apa itu bianglala? Tunggu sebentar, kok aku
bisa disini bukannya aku tadi di kamar, memandang langit-langit kamarku lalu
kenapa bisa berada di sini sekarang.
Tak ingin terlarut dalam rasa bingung, kulangkahkan kaki menuju
bianglala yang berada tepat di jalanan lurus di depanku. Hanya dibutuhkan waktu
sebentar aku sudah tepat berada di pintu masuk wahana bianglala tapi aku semakin
dibuat bingung dan penasaran. Aku memutuskan untuk melihat sekitar untuk
menemukan petunjuk dimana aku berada sekarang, pandanganku terhenti pada sebuah
spanduk yang terletak di atas loket masuk wahana bianglala yang bertuliskan Welcome to London Festival.
“APA?
LONDON!”
***
“E-eh
ada apa”
“Kakak
aneh ih daritadi diajak ngomong malah ngelamun,” ucap Adikku
Aku
hanya bergumam untuk menjawabnya, karena aku masih kepikiran tentang mimpi
semalam. Kulirik adikku yang sedang memakan sarapannya, sebaiknya aku cerita
juga soal mimpi itu.
“Dek,
semalam kakak mimpi aneh. Rasanya seperti sungguhan,” ucapku
“Mimpi
apaan emang kak?”
Kuhembuskan
nafasku perlahan dan mulai bercerita mulai dari aku berdiam di kamar sampai
akhirnya masuk ke dunia mimpi yang nyata tak hanya itu saja aku menceritakan
pengalaman-pengalaman disana seperti mencium aroma makanan atau melihat
kebiasaan orang barat yang gak wajar kalau dilakukan di Indonesia. Kulihat
adikku yang meandangku dengan tatapan datarnya dan berkata, “Makanya kak jangan
banyak menghayal, sekarang lihat otakmu jadi kegeser gak bisa mikir mana yang
nyata dan mana yang cuman mimpi.”
“Tapi
beneran dek, mimpi itu kayak mimpi sadar kamu tau lucid dream kan?”
“Sekarang
aku tanya deh kak, udah berapa kali kakak pernah ngalamin lucid dream?” tanya
Adikku masih dengan kegiatannya memakan sarapannya.
“Baru
sekali ini sih,” ucapku
Adikku
menunjukku dengan garpu yang dipegangnya dan berkata, “Nah itu kak ! Mana ada
orang yang bisa ngalamin hal itu dalam satu kali percobaan.”
“Tapi
kakak masih yakin kalau itu lucid dream,” tegasku
“Terserah
kakak! Aku mau beresin buku-buku dulu. Nah kakak cepetan habisin itu makanannya
terus anterin aku ke sekolah.” Ucap Adikku seraya membersihkan mulutnya yang
berantakan dengan tisu.
Aku
mendengus ketika adekku berbicara dan memerintah seenaknya sendiri tapi aku
masih kepikiran dengan omongan adikku yang bilang itu hanyalah mimpi. Sepertinya
keputusanku untuk cerita tadi salah. Sekarang coba aja mikir mana ada orang
yang percaya cerita tentang mimpi yang pada dasarnya mimpi itu seharusnya
terjadi ketika kita telah terlelap. Akhirnya aku menyerah dengan permasalahan
mimpi aneh itu.
Aku pun bangkit dari duduk ku menuju tempat cuci piring untuk
membersihkan kekacauan yang ada di dapur. Setelah selesai urusan di dapur aku
pun memanggil adikku untuk segera keluar dari kamar dan berangkat ke sekolah bersamaku.
-END-
0 komentar:
Posting Komentar