Title : Dibalik Fakta Novel
Best Seller
Author : Kang Yuna
Genre : Crime , Tragedy
Length : One shoot story
Rated : PG 15
Main cast :
-
Enrique
-
Yuna
-
Inspektur Yamada
Other cast :
-
Junhwa
-
Sanai Hana
-
Sakai Rena
-
Goto Naoki
Senja di kota Tokyo
“Sudah kuduga pesan kematian ini menunjukan dialah pelakunya”
***************************
Tokyo 10:00 A.M
“Hooooaaaam..Kasus semalam benar-benar menguras tenagaku”
“Kau sudah bekerja dengan baik Enrique, sekarang lanjutkan
tidurmu saja”
“Hei..kalau aku tidur lagi bisa dihajar Yuna, hari ini kan
kencan yang diatur olehnya”
Sambil bermalas-malasan aku menuju kamar mandi.
Uups aku lupa memperkenalkan diriku. Aku Enrique. Aku orang
Jepang asli lho, memang namaku Enrique, ibuku orang Jepang dan ayahku orang amerika
dan aku lahir di amerika karena itulah namaku begitu. Aku hanya pemuda biasa
yang gila misteri dan sering membantu polisi untuk memecahkan kasus. Dan yang tadi namanya Hikaru Aoi, dia
sahabatku sejak SMP dan sekarang kami sudah jadi maasiswa semester 6.
“Hei Hikaru aku berangkat dulu, jangan lupa jaga rumah”
“Okee”
Sambil melangkah berat aku berjalan ke café Pikapika, tempat
janjianku dengan Yuna.
“Oiii Enrique, kenapa kau lama sekali, aq sudah menunggumu
15menit yang lalu. Huft “
“Haha gomen ne..
semalam ada kasus yang rumit. Subuh tadi baru bisa tidur aku.”
Ini Yuna, Watanabe
Yuna, aku berpacaran dengannya sejak 2tahun yang lalu. Dia cewek yang manis
tapi bisa berubah jadi predator ketika marah. Hiiii…
“Kau sudah memesan makanan belum?”
“Belum lah, aku kan menunggumu. Huft”
“Kau mau makan apa? Aku pesankan saja”
“Aku omelete rice dan lemon tea”
“Hmmm..aku ingin pie lemon dan orange juice. Okee tunggu aku
pesankan dulu”
“WAAAAAAAAAAAA….JUNHWAAAAA,” teriak seorang pengunjung café.
Seketika pengunjung café berhamburan ingin keluar dari café.
“Yuna cepat panggil polisi”
“Baik”
“Lagi-lagi seperti ini. Haaah..kapan dewa cinta berpihak
padaku? Setiap kencan pasti ada saja kasus”, gerutu Yuna.
Tak lama kemudian polisi datang ke TKP.
“Enrique!! untung kau ada di TKP. Apa yang terjadi?” Tanya
Inpektur Yamada
Dia Inspektur yang selalu berada di TKP bersamaku, dan
akhirnya kami berteman baik .
“Korban bernama Junhwa, warga korea yang sudah menetap di
Jepang sejak 5tahun yang lalu,pengarang novel, karyanya best seller membuat dia
menjadi terkenal. Korban dijerat lehernya dengan sebuah benang tipis. Perkiraan
kematian 30menit yang lalu. Pesan kematiannya 37187 tertulis di hpnya. Tampaknya
korban mempunyai janji dengan ketiga orang tersebut”
“Kau memang bisa diandalkan Enrique. Aku salut padamu. Sekarang
mari kita interogasi mereka”
“Junhwa, Junhwa..Huhuhu kenapa ini terjadi?!!”
Tersangka pertama. Sanai Hana. Teman seprofesi Junhwa. Hana
datang ke café karena ingin membahas tentang
kesuksesan Junhwa.
“Astaga. Junhwa!!” seorang wanita menutup mulutnya
Tersangaka kedua. Sakai Rena. Sama seperti Hana. Rena teman
seprofesi Junhwa sekaligus teman semasa
kuliah dulu.
“Junhwa!! Tidak mungkin!!” isak seorang pemuda
Tersangka ketiga. Goto Naoki. Freelance. Tunangan Junhwa.
“Mereka bertiga ada tersangka yang menggunakan toilet”
“Kronologisnya korban menggunakan toilet bersama Hana, lalu
Hana keluar duluan dan kembali ke meja dan disusul oleh korban. Saat itu Hana
meminta ijin untuk membeli cake di toko kue depan café. Lalu korban kembali ke
toilet. Setelah itu disusul oleh Rena. Karena Rena merasa khawatir dengan
kondisi Junhwa Rena menanyakan kondisi Junhwa, pada saat itu Junhwa hanya
mengetuk pintu. Setelah itu Rena kembali ke meja. Pada saat itu Hana sudah
kembai dari toko kue. Karena merasa curiga Naoki mengecek keadaan Junhwa, namun
tak disangka ternyata korban sudah seperti itu.” Kataku kepada Inspektur
Yamada.
“Jadi mereka bertiga bisa menjadi pelakunya” sahut Inspektur
Yamada
“Yuna, coba kau cek ke toko kue di sebrang, tanyakan apa
benar Hana membeli cake pada waktu tersebut” , aku menoleh ke Yuna
Aku merasa kasian terhadapnya. Tapi apa boleh buat.
“Iya”, sahut Yuna sambil mengangguk.
Aku berpikir keras. Apa maksud dari pesan kematian 37187
itu. Aku merasa aneh terhadap orang itu tapi apa yang membuatnya terlihat
janggal dimataku. Ketika aq sedang berpikir keras. Yuna datang menghampiriku.
“Enrique, benar tadi Hana ke toko kue itu. Hah hah hah”,
nafas Yuna terengah-engah.
“Kau kenapa?”
“Di toko itu ramai sekali. Pengunjungnya penuh dan sesak. Antriannya
panjang sekali”
Mataku menangkap sesuatu yang aneh dari Yuna.
“Yunaaa..mana kalung pemberianku? Kau tidak memakainya hari
ini?”
“Aaah..aku lupa memakainya karena terburu-buru datang ke café.
Tapi malah tukang misteri ini terlamabat datang. Huft”, gerutu Yuna.
Kalung. Tunggu . Tidak salah lagi orang itu.
“Sudah kuduga pesan kematian ini menunjukan dialah pelakunya”
“Kau sudah tau
pelakunya Enrique”, tanya Yuna.
“Ya..berkatmu aku jadi tau pelakunya. Sankyu”, aku menepuk bahu Yuna.
Aku segera membeberkan penjelasanku.
“Aku sudah tau pelakunya”
“Siapa pelakunya? Siapa yang tega melakukan ini pada
Junhwa?!!” teriak Hana
“Yaaa..siapa yang berani membunuh tunanganku?!! Huhuhu”,
sahut Naoki.
“Pelakunya ada kau, Sanai Hana, yang tega membunuh Junhwa”
“Haaaah??!! Omong kosong macam apa ini?? Tidak mungkin aku
membunuh Junhwa, jelas-jelas aku membeli cake di toko sebrang. Apa buktinya?”
Keadaan semakin memanas.
“Kalau begitu kemana kalung yang kau pakai sebelum kau
meninggalkan café untuk membeli cake?”
“Ka..kalung?? Aku melepasnya karena kalungku berharga. Aku
takut kalau kalungku dicuri pada saat aku membeli cake”, jawab Hana
“Lalu mana kalungmu sekarang? Pasti ada di dalam tasmu. Atau
jangan-jangan kalungmu hanya tersisa benangnya saja? Manik-maniknya sudah kau
buang semua”, tegasku
“A…..”
“Kau tidak bisa menjawab pertanyaanku, kan ??”
“Awalnya Junhwa ke toilet bersama Hana. Di sana mungkin
Junhwa menyombongkan hasil karyanya kepada Hana. Dari sanalah niat membunuhmu
muncul. Tapi kau belum melakukan pembunuhan tersebut. Pada saat itu kau dan
Junhwa kembali ke meja dan berbincang bersama Naoki dan Rena. Dengan alasan kau
ingin membeli cake di toko sebrang, kau
pamit keluar dari café. Pada saat itu kau ingin mengajak berbicara secara
rahasia dengan Hana, kau menyuruhnya kembali ke toilet lagi. Kau gunakan
kesempatan ini, kau menyamar sebagai pengunjung baru dan kau ke toilet. Disana
kau mungkin terlibat cekcok dengan Junhwa dan dengan emosimu kau membunuh
Junhwa dengan kalungmu yang sudah kau lepaskan dari manik-maniknya. Setelah
Junhwa tewas, kau kaget mendengar pertanyaan dari Rena dan kau hanya bisa
membalasnya dengan mengetuk pintu. Selanjutnya kau keluar dari café dan kembali
sambil membawa cake yang kau beli di toko sebrang. Disaat toko kue yang ramai
pengunjung, pelayan toko mungkin hanya
mengingat wajah pembelinya bukan waktu saat membeli cake. Sempurna lah alibimu. Tapi yang tidak kau kira
saat kau menjerat korban, Junhwa sedang mengetik angka 37187 di hpnya. Itu
sudah menunjukan kaulah pelakunya” jelasku
“Apa maksud 37187?”, tanya Inspektur Yamada.
“Itu menunjukan nama Hana. Dalam huruf jepang 371 bila
diambil huruf depannya saja itu menunjukan Sanai dan 87 adalah Hana”
“Bila tas Hana digeledah mungkin masih tersisa senar kalung
yg dipakai sebagai senjatanya”
“Maaf bisakah saya periksa tas anda?”, tanya Inspektur
Yamada.
“Tidak perlu..Itu tidak perlu..Huhuhuh….”, Hana jatuh
tersungkur dan menangis.
“Hana benarkah itu kau pelakunya??” tanya Rena seakan tidak
percaya
“Dia adalah wanita iblis. Junhwa adalah plagiat. Dia
menjiplak karyaku dengan wajah tidak berdosa..huhuhu.. 2minggu yang lalu aku
kaget karyanya terbit dan mendapatkan penghargaan best seller.”
“Jangan-jangan itu…?”, tanya Naoki
“Yaaaa benar…itu karyaku. Yang mati-matian aku kerjakan tapi
dijiplak olehnya. Sebenarnya aku hanya ingin dia mengaku kepada publik kalau
itu ide dariku tapi dia menjawab ‘Sudahlah Hana, publik kan hanya menerima
hasil karya bukan mempersalahkan itu ide siapa, jika kau tak terima lakukan
saja semaumu, tapi apa publik akan percaya padamu? Novelis amatir yang baru
saja mendapat best seller sekali dan menjadi sombong’. Saat itu mataku sudah
gelap, aku benar-benar marah, dan tidak sadar aku membunuhnya. Huhuhu…”
“Sudah, sisanya lanjutkan di kantor polisi saja”, sela
Inspektur Yamada.
Kasus ini selesai ditutup dengan air mata kepiluan dari
seorang novelis.
“Enrique..aku lapaaar”, teriak Yuna
Ya ampuun sampai lupa, gara-gara menyelesaikan kasus kami
berdua belum makan.
“Aku traktir deh makan kali ini”, sahutku.
“Okeeee…Aku pesan Hamburger,pizza,omelet rice, pudding,pie
lemon,orange juice, ice coffee, lemon tea daaan……”
“Yunaaaaaa aku tidak bawa uang sebanyak ituuuuu……”
----------終わり--------------
Cr: As Author
Cr: As Author
0 komentar:
Posting Komentar