Pages

Selasa, 11 Juni 2013

Fan Fiction "Dibalik Fakta Novel Best Seller"

Title : Dibalik Fakta Novel  Best Seller
Author :  Kang Yuna
Genre : Crime , Tragedy
Length : One shoot story
Rated :  PG 15
Main cast :
-          Enrique
-          Yuna
-          Inspektur Yamada
Other cast :
-          Junhwa
-          Sanai Hana
-          Sakai Rena
-          Goto Naoki

Senja di kota Tokyo
“Sudah kuduga pesan kematian ini menunjukan dialah pelakunya”
                                                                          ***************************
Tokyo 10:00 A.M
“Hooooaaaam..Kasus semalam benar-benar menguras tenagaku”
“Kau sudah bekerja dengan baik Enrique, sekarang lanjutkan tidurmu saja”
“Hei..kalau aku tidur lagi bisa dihajar Yuna, hari ini kan kencan yang diatur olehnya”
Sambil bermalas-malasan aku menuju kamar mandi.
Uups aku lupa memperkenalkan diriku. Aku Enrique. Aku orang Jepang asli lho, memang namaku Enrique, ibuku orang Jepang dan ayahku orang amerika dan aku lahir di amerika karena itulah namaku begitu. Aku hanya pemuda biasa yang gila misteri dan sering membantu polisi untuk memecahkan kasus.  Dan yang tadi namanya Hikaru Aoi, dia sahabatku sejak SMP dan sekarang kami sudah jadi maasiswa semester 6.
“Hei Hikaru aku berangkat dulu, jangan lupa jaga rumah”
“Okee”
Sambil melangkah berat aku berjalan ke café Pikapika, tempat janjianku dengan Yuna.
“Oiii Enrique, kenapa kau lama sekali, aq sudah menunggumu 15menit yang lalu. Huft “
“Haha gomen ne.. semalam ada kasus yang rumit. Subuh tadi baru bisa tidur aku.”
Ini  Yuna, Watanabe Yuna, aku berpacaran dengannya sejak 2tahun yang lalu. Dia cewek yang manis tapi bisa berubah jadi predator ketika marah. Hiiii…
“Kau sudah memesan makanan belum?”
“Belum lah, aku kan menunggumu. Huft”
“Kau mau makan apa? Aku pesankan saja”
“Aku omelete rice dan lemon tea”
“Hmmm..aku ingin pie lemon dan orange juice. Okee tunggu aku pesankan dulu”
“WAAAAAAAAAAAA….JUNHWAAAAA,” teriak seorang pengunjung café.
Seketika pengunjung café berhamburan ingin keluar dari café.
“JANGAN ADA YANG BOLEH KELUAR DARI SINI,” teriakku.
“Yuna cepat panggil polisi”
“Baik”
“Lagi-lagi seperti ini. Haaah..kapan dewa cinta berpihak padaku? Setiap kencan pasti ada saja kasus”, gerutu Yuna.
Tak lama kemudian polisi datang ke TKP.
“Enrique!! untung kau ada di TKP. Apa yang terjadi?” Tanya Inpektur Yamada
Dia Inspektur yang selalu berada di TKP bersamaku, dan akhirnya kami berteman baik .
“Korban bernama Junhwa, warga korea yang sudah menetap di Jepang sejak 5tahun yang lalu,pengarang novel, karyanya best seller membuat dia menjadi terkenal. Korban dijerat lehernya dengan sebuah benang tipis. Perkiraan kematian 30menit yang lalu. Pesan kematiannya 37187 tertulis di hpnya. Tampaknya korban mempunyai janji dengan ketiga orang tersebut”
“Kau memang bisa diandalkan Enrique. Aku salut padamu. Sekarang mari kita interogasi mereka”
“Junhwa, Junhwa..Huhuhu kenapa ini terjadi?!!”
Tersangka pertama. Sanai Hana. Teman seprofesi Junhwa. Hana datang ke café karena ingin membahas tentang  kesuksesan Junhwa.
“Astaga. Junhwa!!” seorang wanita menutup mulutnya
Tersangaka kedua. Sakai Rena. Sama seperti Hana. Rena teman seprofesi  Junhwa sekaligus teman semasa kuliah dulu.
“Junhwa!! Tidak mungkin!!” isak seorang pemuda
Tersangka ketiga. Goto Naoki. Freelance. Tunangan Junhwa.
“Mereka bertiga ada tersangka yang menggunakan toilet”
“Kronologisnya korban menggunakan toilet bersama Hana, lalu Hana keluar duluan dan kembali ke meja dan disusul oleh korban. Saat itu Hana meminta ijin untuk membeli cake di toko kue depan café. Lalu korban kembali ke toilet. Setelah itu disusul oleh Rena. Karena Rena merasa khawatir dengan kondisi Junhwa Rena menanyakan kondisi Junhwa, pada saat itu Junhwa hanya mengetuk pintu. Setelah itu Rena kembali ke meja. Pada saat itu Hana sudah kembai dari toko kue. Karena merasa curiga Naoki mengecek keadaan Junhwa, namun tak disangka ternyata korban sudah seperti itu.” Kataku kepada Inspektur Yamada.
“Jadi mereka bertiga bisa menjadi pelakunya” sahut Inspektur Yamada
“Yuna, coba kau cek ke toko kue di sebrang, tanyakan apa benar Hana membeli cake pada waktu tersebut” , aku menoleh ke Yuna
Aku merasa kasian terhadapnya. Tapi apa boleh buat.
“Iya”, sahut Yuna sambil mengangguk.
Aku berpikir keras. Apa maksud dari pesan kematian 37187 itu. Aku merasa aneh terhadap orang itu tapi apa yang membuatnya terlihat janggal dimataku. Ketika aq sedang berpikir keras. Yuna datang menghampiriku.
“Enrique, benar tadi Hana ke toko kue itu. Hah hah hah”, nafas Yuna terengah-engah.
“Kau kenapa?”
“Di toko itu ramai sekali. Pengunjungnya penuh dan sesak. Antriannya panjang sekali”
Mataku menangkap sesuatu yang aneh dari Yuna.
“Yunaaa..mana kalung pemberianku? Kau tidak memakainya hari ini?”
“Aaah..aku lupa memakainya karena terburu-buru datang ke café. Tapi malah tukang misteri ini terlamabat datang. Huft”, gerutu Yuna.
Kalung. Tunggu . Tidak salah lagi orang itu.
“Sudah kuduga pesan kematian ini menunjukan dialah pelakunya”
 “Kau sudah tau pelakunya Enrique”, tanya Yuna.
“Ya..berkatmu aku jadi tau pelakunya. Sankyu”, aku menepuk bahu Yuna.
Aku segera membeberkan penjelasanku.
“Aku sudah tau pelakunya”
“Siapa pelakunya? Siapa yang tega melakukan ini pada Junhwa?!!” teriak Hana
“Yaaa..siapa yang berani membunuh tunanganku?!! Huhuhu”, sahut Naoki.
“Pelakunya ada kau, Sanai Hana, yang tega membunuh Junhwa”
“Haaaah??!! Omong kosong macam apa ini?? Tidak mungkin aku membunuh Junhwa, jelas-jelas aku membeli cake di toko sebrang. Apa buktinya?”
Keadaan semakin memanas.
“Kalau begitu kemana kalung yang kau pakai sebelum kau meninggalkan café untuk membeli cake?”
“Ka..kalung?? Aku melepasnya karena kalungku berharga. Aku takut kalau kalungku dicuri pada saat aku membeli cake”, jawab Hana
“Lalu mana kalungmu sekarang? Pasti ada di dalam tasmu. Atau jangan-jangan kalungmu hanya tersisa benangnya saja? Manik-maniknya sudah kau buang semua”, tegasku
“A…..”
“Kau tidak bisa menjawab pertanyaanku, kan ??”
“Awalnya Junhwa ke toilet bersama Hana. Di sana mungkin Junhwa menyombongkan hasil karyanya kepada Hana. Dari sanalah niat membunuhmu muncul. Tapi kau belum melakukan pembunuhan tersebut. Pada saat itu kau dan Junhwa kembali ke meja dan berbincang bersama Naoki dan Rena. Dengan alasan kau ingin membeli  cake di toko sebrang, kau pamit keluar dari café. Pada saat itu kau ingin mengajak berbicara secara rahasia dengan Hana, kau menyuruhnya kembali ke toilet lagi. Kau gunakan kesempatan ini, kau menyamar sebagai pengunjung baru dan kau ke toilet. Disana kau mungkin terlibat cekcok dengan Junhwa dan dengan emosimu kau membunuh Junhwa dengan kalungmu yang sudah kau lepaskan dari manik-maniknya. Setelah Junhwa tewas, kau kaget mendengar pertanyaan dari Rena dan kau hanya bisa membalasnya dengan mengetuk pintu. Selanjutnya kau keluar dari café dan kembali sambil membawa cake yang kau beli di toko sebrang. Disaat toko kue yang ramai pengunjung, pelayan toko mungkin  hanya mengingat wajah pembelinya bukan waktu saat membeli cake.  Sempurna lah alibimu. Tapi yang tidak kau kira saat kau menjerat korban, Junhwa sedang mengetik angka 37187 di hpnya. Itu sudah menunjukan kaulah pelakunya” jelasku
“Apa maksud 37187?”, tanya Inspektur Yamada.
“Itu menunjukan nama Hana. Dalam huruf jepang 371 bila diambil huruf depannya saja itu menunjukan Sanai dan 87 adalah Hana”
“Bila tas Hana digeledah mungkin masih tersisa senar kalung yg dipakai sebagai senjatanya”
“Maaf bisakah saya periksa tas anda?”, tanya Inspektur Yamada.
“Tidak perlu..Itu tidak perlu..Huhuhuh….”, Hana jatuh tersungkur dan menangis.
“Hana benarkah itu kau pelakunya??” tanya Rena seakan tidak percaya
“Dia adalah wanita iblis. Junhwa adalah plagiat. Dia menjiplak karyaku dengan wajah tidak berdosa..huhuhu.. 2minggu yang lalu aku kaget karyanya terbit dan mendapatkan penghargaan best seller.”
“Jangan-jangan itu…?”, tanya Naoki
“Yaaaa benar…itu karyaku. Yang mati-matian aku kerjakan tapi dijiplak olehnya. Sebenarnya aku hanya ingin dia mengaku kepada publik kalau itu ide dariku tapi dia menjawab ‘Sudahlah Hana, publik kan hanya menerima hasil karya bukan mempersalahkan itu ide siapa, jika kau tak terima lakukan saja semaumu, tapi apa publik akan percaya padamu? Novelis amatir yang baru saja mendapat best seller sekali dan menjadi sombong’. Saat itu mataku sudah gelap, aku benar-benar marah, dan tidak sadar aku membunuhnya. Huhuhu…”
“Sudah, sisanya lanjutkan di kantor polisi saja”, sela Inspektur Yamada.
Kasus ini selesai ditutup dengan air mata kepiluan dari seorang novelis.
“Enrique..aku lapaaar”, teriak Yuna
Ya ampuun sampai lupa, gara-gara menyelesaikan kasus kami berdua belum makan.
“Aku traktir deh makan kali ini”, sahutku.
“Okeeee…Aku pesan Hamburger,pizza,omelet rice, pudding,pie lemon,orange juice, ice coffee, lemon tea daaan……”
“Yunaaaaaa aku tidak bawa uang sebanyak ituuuuu……”
                                      ----------終わり--------------
 Cr: As Author

0 komentar:

Posting Komentar