Oleh
: Mili Rho
Di
sebuah taman yang terletak di belakang halaman rumah terdapat seorang gadis
yang menatap kosong bunga-bunga yang ada di depannya. Gadis cantik berambut
panjang berwarna pirang dan berkulit putih bersih sedang duduk di kursi roda
sambil menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Hal itu dilakukannya
berulang kali selama satu jam semenjak dia datang. Gadis tersebut terus mengingat
kejadian yang menimpanya tiga tahun yang lalu. Gadis dengan kepribadian ceria,
aktif, dan manja, kini berubah menjadi pribadi yang pendiam, tertutup, dan
penyendiri. Dia adalah Hani, Hani Permatasari atau kini lebih dikenal sebagai
nama Charlotte.
Charlotte
gadis 21 tahun ini sangatlah berbeda dengan Hani walaupun, Hani dan Charlotte
adalah orang yang sama. Charlotte kini menetap di London dengan alasan
pengobatan untuk kakinya dan pendidikan yang dia tempuh saat ini. Charlotte
divonis lumpuh sementara. Ini berawal dari kecelakaan tiga tahun yang lalu ketika
dia berada di tingkat akhir SMA.
“Hey Charlotte” ucap
seseorang di belakang kursi roda sambil menepukkan tangannya di bahu Charlotte.
Lamunan
Charlotte pun seketika menghilang kala orang tersebut menyapanya. Setelah
tersadar sepenuhnya, Charlotte mendongakkan kepalanya untuk mengetahui siapa
orang yang telah menyapanya ketika. Ketika sudah mengetahuinya dia pun
tersenyum dan menatap kembali bunga-bunga di depannya “Uhm... Hi Re”.
Orang
yang menyapa itu mengambil posisi duduk di kursi sebelah Charlotte dan ikut
memandangi bunga-bunga yang ada di depannya. Keheningan yang tercipta membuat
keduanya bingung untuk memulai percakapan hingga Charlotte pun memutuskan untuk
memulai membuka percakapan.
“Kenapa kamu ke sini?.
Tumben banget”
“ Why? You don’t like me
to visit you?”
“Oh come on re, kenapa
pakai Inggris segala. Kamu gak inget peraturan pertama kita, kalau kita cuman
berdua pakai bahasa Indonesia aja?”
“Just Kidding Charlotte
hehe” ucapnya sambil terkekeh. “Charlotte, lagi mikir apa sih serius amat?”
“Aku mi---”
“Jangan dijawab! aku
tau jawabannya....kamu lagi mikirin aku ya?” godanya sambil melirik ke arah
Charlotte
“Haish ! siapa juga
yang mikirin kamu, gak penting juga haha” ucapnya sambil tertawa
“Tau gak aku seneng
ngeliat kamu ketawa kayak gitu” ucapnya seraya melihat ekspresi Charlotte.
“Huh...emang kamu pikir
aku gak pernah ketawa?” Charlotte pun kesal akan ucapan yang dilontarkan
sahabat nya itu.
“Bukan gitu, cuman
selama kita tinggal di Inggris. Kamu berubah menjadi Hani yang gak aku kenal.
Di sini nama mu Charlotte dan itu pribadi Hani lambat-laun menghilang dari
dirimu. Kamu gak sadar akan hal itu?.”
Charlotte
pun merenungi ucapan Rere, tak lama ia pun membalas pertanyaan yang dilontarkan
oleh sahabatnya itu, “Iya aku sadar akan hal itu re tapi keadaan yang merubahku
seperti ini”
Rere
berjongkok di depan kursi roda Charlotte dan menggenggam tangan sahabatnya itu,
“Kamu salah Charlotte, aku tau kamu bisa sembuh ingat kan kalau kelumpuhanmu
hanya bersifat sementara?. Aku yakin kamu bisa dan aku mohon jadilah Hani yang
aku kenal dulu sewaktu di Indonesia. Aku rindu kecerewetanmu, kecerobohanmu,
tingkah anehmu, terutama aku sangat rindu dengan kecerianmu. Pikirkan baik-baik
itu Charlotte, aku akan selalu menunggu Hani yang dulu kembali lagi.” Rere pun
mulai beranjak meninggalkan Charlotte bersama bunga-bunganya.
Sebelum
benar-benar beranjak meninggalkannya, Charlotte meraih lengan kanan Rere dan
menatapnya, “Re...a-aku akan usahakan itu, tapi aku gak bisa menjanjikan itu
dalam waktu yang singkat”
Rere yang mendengarkannya pun menganggukkan
kepala dan tersenyum manis seraya berkata, “Aku akan menantikan hal itu,
Charlotte. Hingga saat itu tiba aku akan kembali memanggil namamu Hani jika
kita berkumpul.” Rere pun pergi meninggalkan Charlotte di tempat tersebut untuk
pergi ke kampusnya.
‘Aku tau karena kecelakaan yang
terjadi itu akan berdampak pada psikologisku tapi aku akan berusaha untuk
sembuh demi orang-orang di sekitar yang menyayangiku’ – batin Charlotte seraya tersenyum menatap langit pagi
hari di London.
‘Bukan aku tidak menerima apa yang
terjadi denganmu, hanya saja aku gak suka melihatmu terlarut dalam kesedihan
terus menerus, aku juga ingin kau merasakan kebahagian selalu berada di sisimu,
kembalilah sahabat lamaku Hani’ – batin
Rere seraya mengusap air matanya yang telah ditahannya selama ini.
-END-